PIJAR/USER, Medan. Dalam lawatannya ke Kota Medan, Mohammad J. Taherzadeh (Professor in Bioproccess Technology, Swedish Centre for Resource Recovery University of Boras) membawakan materi seputar pengolahan sampah dari Swedia ke dalam kuliah umum “Wastes to Energy” di Aula Fakultas Teknik (FT) USU (17/10). Kuliah umum ini terjalin berkat kerjasama dari Pusat Unggulan Energi Berkelanjutan dan Biomaterial dengan University of Boras. Dengan bahasa pengantar Bahasa Inggris, Taherzadeh menjelaskan pentingnya pengelolaan sampah untuk menghasilkan energi yang dapat mendukung masyarakat (suistanable society).
Taherzadeh membuka kuliah umum dengan Zero Waste & Waste to Energy in Sweden. Satu frasa yang merujuk pada proses meniadakan jumlah limbah dan mengolahnya menjadi energi yang tengah berlangsung di Swedia. Swedish Centre for Resource Recovery University of Boras mengklasifikasikan sampah yang berasal dari kota, pertanian, hutan dan industri untuk kemudian diproses menjadi energi listrik, panas, dingin, kimia, diesel, gas, biopolymer, biogas, etanol, logam, plastik, kertas dan kaca lewat aspek sosial, proses termal, kimia, biologi, daur ulang material dan optimalisasi logistik.
“Waste is a resource, but our knowledge is not enough to utilize it.” imbuh Taherzadeh. Ia menguraikan tiga jenis manajemen sampah di Swedia yang terdiri recycling, combustion, dan biogas. Berhasil tidaknya implementasi menajemen sampah tergantung pada teknologi, aspek sosial, hukum & undang-undang, ekonomi, dan lingkungan. Namun, di antara semua aspek, pemisahan (fractionation) sampah adalah kunci yang paling utama.
“Kuliah hari ini bermanfaat. Membuat kita ingin menjaga lingkungan dengan me-recycle sampah.” kata Puteri Kemala, mahasiswi Jurusan Teknik Kimia angkatan 2013 yang mengikuti kuliah umum “Wastes to Energy”.
Ketua Departemen Teknik Kimia FT USU Maya Sarah, ST, MT, Ph. D, IPM berharap agar mahasiswa dapat memiliki pengetahuan tentang masalah pengelolaan sampah di Swedia dan bisa mengkonversinya menjadi energi. “Sebenarnya sudah sering kita dengar, tapi pengalamannya mungkin agak berbeda dari kita.” pungkas Maya. Lawatan Taherzadeh ditutup dengan field visit ke Laboratorium Ekologi dan Pome Methane Fermentation Project (Grace Kolin).